PKS Dalam Kubangan Permainan Kotor Demokrasi

KPK sudah menetapkan Luthfi sebagai tersangka pada Rabu (30/1) malam. Bersama Luthfi, penyidik menetapkan tiga tersangka lainnya yakni dua direktur PT. Indoguna Utama Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi. Serta Ahmad Fathanah. Ahmad Fathanah ditangkap bersama Maharani oleh KPK di Hotel Le Meredien Jakarta, Selasa (29/1) sekitar pukul 20.20 WIB. Dari mereka didapatkan uang senilai Rp 1 miliar yang diduga akan diberikan kepada LHI atau Luthfi Hasan Ishaaq. (republika.co.id)

Belum reda berita tersangka korupsi oleh kader Partai Demokrat Andi Malarangeng dan Angie, media santer memberitakan dugaan suap impor daging sapi oleh tesangka Lutfhi Hasan Ishaaq dari PKS, sebuah Partai Politik yang terkenal dengan kampanye “PKS Bersih”. Perbincangan mengenai partai politik di negeri ini tidak pernah berhenti. Dinamika kehidupan partai politik menjadi indikator utama Demokrasi. Partai Politik seolah menjadi satu-satunya saluran resmi aspirasi rakyat untuk menentukan nasib kehidupannya sendiri. Namun harapan rakyat menitipkan nasib kehidupannya kepada partai politik menjadi “Jauh panggang dari api”. Turunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik menjadi bukti. Partai politik dalam sistem politik Demokrasi, apapun orientasi ideologisnya pasti terjebak permainan pragmatis. Partai politik sudah pasti akan sibuk dan fokus untuk memperbesar asset dukungan dan akses kekuasaan melalui jalur parlemen penuh dengan permainan kotor. Partai Politik yang harusnya mengedukasi dan mencerdaskan rakyat dengan keteladanan.  Justeru menjadi problem maker yang semakin memberatkan kehidupan rakyat di tengah deraan kehidupan multi kompleks. Inilah gambaran sebenarnya kehidupan partai politik yang bobrok buah konsekuensi dari pilihan sistem Demokrasi. Dengan kata lain Demokrasi akan mencetak para elit penguasa dan elit politik yang korup dan penipu. Pertanyaannya apakah masyarakat masih tetap percaya pada partai politik untuk menyalurkan aspirasinya? Dan apakah masyarakat masih tetap percaya bahwa partai politik yang menjadi kontestan pemilu apapun orientasi visi-misi dan ideologisnya mampu benar-benar memperjuangkan nasib rakyat di tengah kondisi mengurusi partainya sendiri tidak mampu?

Ironi PKS

PKS (Partai Keadilan Sejahtera) adalah partai politik yang didirikan di atas basis kader yang pada awalnya getol melakukan aktivitas dakwah. Pada proses perkembangan berikutnya kelompok yang pada awalnya sebuah jamaah dakwah itu mau tidak mau harus beradaptasi dengan kehidupan politik praktis dalam sistem Demokrasi Sekuler. Hal yang sama dilakukan di beberapa negara lain, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir yang menempuh jalur parlemen sebagai jalur perjuangan.

Pada awalnya PKS seolah berobsesi untuk ikut mewarnai kehidupan politik Demokrasi Sekuler dengan muatan ideologis Islam. Namun saat ini justeru bukan makin mewarnai melainkan semakin banyak “diwarnai”. Peristiwa yang menimpa Presiden sekaligus Pendiri PKS; Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka dalam kasus suap impor daging sapi hendaknya menjadi sebuah pelajaran berharga. Mungkin berkembang pendapat bahwa itu bukan representasi PKS melainkan oknum. Atau bahwa ini semacam skenario untuk menjatuhkan PKS menjelang Pilpres 2014, seperti dugaan adanya skenario kasus melihat film porno anggota DPR-RI dari FPKS pada saat sidang DPR. Tetapi sesungguhnya, berharap berjuang di belantara sistem politik Demokrasi Sekuler untuk mencapai tujuan perjuangan yang hakiki adalah “sangat utopis”.

Demokrasi  bukanlah sebuah alat seperti pisau atau pedang yang bisa digunakan sesuai kemauan yang membawanya tetapi sejatinya Demokrasi seperti “senjata makan tuan” yang diciptakan oleh Penjajah sebagai alat bunuh diri politis. Karena sesungguhnya Demokrasi adalah Political Trap (Jebakan Politik) dan Intellectual Trap (Jebakan Intelektual) bagi yang mengadopsi dan yang mengikutinya. Selain bertentangan dengan Islam, Demokrasi sengaja dicangkokkan sebagai frame of destroy untuk meluluh lantakkan kehidupan kaum muslimin dan bahkan kehidupan manusia di bawah hegemoni minoritas (elit penguasa berkolaborasi dengan elit pengusaha) atas nama suara rakyat semu karena tidak pernah terwujud realitas mewakili suara rakyat.

Inilah yang seharusnya dipahami oleh para elit PKS, kader, konstituen, simpatisan dan massanya. Tidak ada jalan lain meraih kemuliaan perjuangan kecuali kembali secara hanif mengikuti thoriqoh perjuangan yang dipraktekkan oleh Rasullullah SAW dengan meninggalkan gelanggang perjuangan kotor, haram dan maksiat sistem Demokrasi. Penting untuk direnungkan bahwa mencapai tujuan benar, haram hukumnya dengan menghalalkan segala cara. Lalu pertanyaanya kemudian adalah bagaimana seharusnya sebuah partai politik didirikan dan berjuang.

Partai Politik dalam pandangan Islam

Makna Hizbun (Partai) dan Siyasah (Politik) dalam pandangan Islam adalah  suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita dan tujuan yang sama dalam rangka mengurusi urusan rakyat. Atau merupakan kelompok yang berdiri diatas sebuah landasan ideologi (Islam) yang diyakini oleh anggota-anggotanya, yang ingin mewujudkannya di tengah masyarakat.

Karakteriistik Partai Politik menurut Islam sebagaimana Firman Allah SWT : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang menkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 104). Menurut Imam al-Qurthubiy, ummah dalam ayat ini adalah kelompok karena adanya lafadz minkum (diantara kalian). Imam ath-Thabari, menafsirkannya dengan: “(Wal takun minkum) Ayuhal mu’minun (ummatun) jama’atun”,  (hendaklah ada di antaramu (wahai orang-orang yang beriman) umat (jamaah yang mengajak pada hukum-hukum Islam). Sedangkan al-Khair menurut Imam Jalalayn adalah al-Islam, adapun menurut Ibn Katsir, al-Khair adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.

Maka partai Islam yang Ideologis mempunyai beberapa karakter, diantaranya:

1. Dasarnya adalah Islam. Hidup dan matinya adalah untuk Islam 2. Para anggotanya berkepribadian Islam, mereka berpikir dan beraksi berdasarkan Ideologi Islam, yang dihsilkan dari pembinaan yang dilakukan oleh mereka dalam memahami Islam sebagai sebuah Ideologi yang harus diterapkan 3. Memiliki amir/pimpinan partai yang memiliki pemahaman yang menyatu dan mendalam terhadap Islam. Yang ia dipatuhi selama sesuai dengan al-Quran dan Sunnah 4. Memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas terkait berbagai hal. Partai Islam haruslah memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas tentang sistem ekonomi, sistem politik, sistem pemerintahan, sistem sosial, sistem pendidikan, politik luar dan dalam negeri dll. Semuanya harus tersedia dan siap untuk disampaikan kepada masyarakat, hingga mereka menganggap penerapan semua sistem tersebut menjadi kebutuhan bersama 5. Mengikuti metode yang jelas dalam perjuangannya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yakni. Pertama, melakukan pembinaan pengkaderan dengan pemahaman Ideologi Islam, beserta metode penerapannya. Kedua, bergerak dan berinteraksi bersama masyarakat, sehingga kader-kader partai menyatu bersama pola pikir dan pola sikap masyarakat. Artinya: kader-kader partai tersebut, harus mengopinikan Islam ke tengah-tengah masyarakat apa adanya dan tanpa ditutup-tutupi. Selain itu kader partai juga harus, melakukan perjuangan politik, yakni, membongkar konspirasi jahat untuk menghancurkan wilayah kaum muslim, juga pergolakan pemikiran, yakni, menentang ide-ide kufur, seperti Demokrasi, Kapitalisme, Sosialisme juga Komunisme, karena semuanya memang bertentangan dengan Islam. Ketiga, menegakkan syariah Islam secara total dengan dukungan dan bersama dengan rakyat, hal tersebut akan tercapai bilamana masyarakat secara alami sudah rindu diatur oleh syariah Islam dalam bingkai khilafah rasyidah ala minhajin nubuwah. Wallahu ‘Alam bis showab. [opini/syabab.com]